Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Di Penghujung Senja, Sebelum Kau Kehabisan Kata-kata

Diperbarui: 6 April 2019   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Apakah tak apa-apa kiranya jika kau bersenda gurau dengan masa lalu? Sementara aku di sini tak habis-habisnya memaku pintu demi pintu agar masa lalu tak kembali datang bertamu?

----

Aku telah cukup lama berpetualang. Bahkan seringkali mengaku sebagai lelaki jalang. Namun tak ada yang tahu aku mengambil separuh nyawa elang. Untuk melanjutkan sisa perjalanan. Menuju pulang.

Aku pergunakan sayapnya untuk mengibas hari-hariku yang sangat panas. Aku memakai paruhnya untuk melubangi waktu yang menyekapku dengan beringas. Aku mencengkeram setiap drama memilukan dalam hidupku menggunakan cakar tajamnya supaya aku sanggup menjadi seorang penyintas.

----

Tapi aku enggan mengunyah masa silam demi sejarah yang tak kuinginkan. Aku menyingkirkannya jauh-jauh dari jangkauan pikiran. Bukan untuk apa-apa atau demi siapa-siapa. Tapi karena sekarang aku hanya mau memutuskan mau berbuat apa.

Namun kau mau tak mau tetap harus tetap sedikit bersitegang dengan masa lalu. Kau tak bisa lari dari itu. Kau telah menjadi tawanan. Penjaramu adalah hujan. Terali yang mengurungmu adalah kenyataan. Meski kau sesungguhnya berhasil pula mempigurakan kenangan. Di dinding hatimu yang habis berkelupasan.

----

Nanti kau harus ceritakan apakah senda guraumu telah tamat. Atau masih berlanjut pada episode buruk tentang khianat.

Aku menantikannya di penghujung senja. Waktu yang tepat untuk bercerita sebelum kau kehabisan kata-kata.

Bogor, 6 April 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline