Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Menghayati Fiksi

Diperbarui: 6 Maret 2019   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di dalam sebuah cerita fiksi, kita sering menjumpai letupan-letupan kecil yang membuat kita terkejut sendiri. Alur yang mencekam, percakapan-percakapan suram, dan juga penderitaan tokoh protagonis nyaris di keseluruhan cerita yang membuat hati ikut lebam.

Dalam hati kecil kita sangat berharap akhir dari cerita itu akan menghibur kita dengan kemenangan si tokoh. Berakhir bahagia atau setidaknya si tokoh tak lagi menderita. Sesederhana itu. Karena akhir yang menyedihkan umumnya akan membawa pembaca ke sebuah situasi yang tidak menguntungkan.

Mari kita mengekstrak situasi tidak menguntungkan itu seperti apa?

Pada umumnya orang menyukai kebenaran dan memihak pada keadilan. Sehingga apabila jalan cerita berkisah sebaliknya, mereka akan kecewa, lelah, lalu meluapkannya dalam bentuk sumpah serapah.

Setelah itu kondisi psikologis pembaca akan drop, terganggu, atau malah skeptis. Ini berbahaya! Seseorang yang begitu menghayati sebuah cerita fiksi mempunyai harapan-harapannya sendiri. janganlah tokohnya mati, janganlah dia terlalu sengsara, janganlah tidak bahagia, dan seterusnya.

Apabila kemudian ternyata harapannya tidak terpenuhi, seorang pembaca bisa-bisa berubah haluan menjadi pencerca yang tidak terima. Sasarannya terutama tentu saja si penulis.

Kenapa endingnya harus begini tragis? Dunia sudah demikian miris tapi cerita ini masih juga berakhir tragis.

Kalau tahu endingnya begini, lebih baik aku tidak membacanya sedari awal. Sialan!

Lain kali aku tidak akan membaca lagi karya si ini dan si itu. Endingnya membuatku ngilu!

Kira-kira begitulah ilustrasi cercaan yang bermacam-macam namun kesemuanya suram.

Lantas apakah semua cerita harus berakhir bahagia untuk menyenangkan pembaca?

Tidak! Ada 3 hal yang bisa disarikan dari kejadian di atas;
1. Dengan berkomentar seperti itu, bisa disimpulkan bahwa pembaca benar-benar menghayati isi cerita;
2. Cercaan itu sebetulnya hanya pura-pura. Seorang pembaca, jika sudah berhasil menghayati hingga ke dasar hati, pasti akan kembali membaca apa yang nanti akan dituliskan oleh penulis yang sama;
3. Penulis sukses menggiring pembacanya ke dalam situasi yang dikehendaki jalan cerita. Tulisannya BERHASIL!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline