Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Mesin Tanpa Koin

Diperbarui: 3 Maret 2019   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Aku terbangun entah di mana. Di sekeliling orang-orang yang begitu tergesa-gesa. Mengejar masa atau hanya sekedar jumawa agar terlihat sebagai manusia yang menyeret asa di belakang tubuhnya.

Orang-orang itu menjadikan dirinya mesin tanpa koin. Bergerak dan berjalan menunggu perintah pemimpin. Terhuyung-huyung di belakang. Tanpa pegangan.

Spanduk-spanduk bertebaran laksana hujan. Di sudut jalan, perempatan, dan pohon-pohonan. Memamerkan senyum malaikat. Berharap para mesin terpikat hebat.

Semboyan dan slogan berceceran seperti di peternakan ayam. Menghasilkan telor, bulu-bulu dan tumpukan kotoran. Telor sebagai janji yang belum pecah, bulu-bulu dari kiasan-kiasan entah, dan kotoran berupa sumpah demi sumpah.

Mesin-mesin berdengung. Memutar mata mereka yang kosong dengan bingung. Bergerak lambat mencerna satu persatu dengan nanar. Manakah di antaranya yang berkata benar-benar.

Salah cerna akan menggadaikan hidup mereka. Selama beberapa tahun yang merana.

Bogor, 3 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline