Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Di Malam Ketika Langit Lupa Bicara

Diperbarui: 2 Maret 2019   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (pixabay.com/Pezibear)

Aku ingin menulis puisi sederhana
sesederhana kata-kata cinta yang disampaikan seorang ibu lewat tatapannya
kepada si buah hati yang kembali terlelap di pangkuannya
setelah meledakkan tangis
di pagi ketika gerimis datang mengiris-iris
menggaduhi telinga kecilnya dengan irama tragis

Aku ingin menulis sajak-sajak sempurna
sesempurna negeri yang dikelilingi api namun tak hendak menyala
kecuali dibakar
oleh pikiran-pikiran makar
dari orang-orang yang menakar setiap keinginannya
agar bisa bertransaksi jual beli dengan negara kelahirannya

Aku ingin menulis syair-syair asmara
seliris para pujangga yang kehilangan cinta
ketika dunia menggelap bagi mereka
dan langit adalah tempat terbaik menumpukan murka
dengan meminta petir dan mendung menumpahkan isi kepala
berikut tumpukan gagasan, inspirasi dan idea 

Aku ingin menulis traktat-traktat perjanjian
setajam pena para pencari perdamaian
yang bersepakat dengan para pencuri ketenangan
untuk bersama-sama memegangi putaran bumi
agar tak lari dari matahari
sehingga esok hari masih sama dengan hari ini

Di malam ketika langit lupa bicara
aku ada untuk menggantikannya bersuara
lewat puisi-puisi yang menua
dan sajak-sajak yang mendiamkan makna
juga syair-syair yang mencari arti
supaya aku tak lupa diri

1 Maret 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline