Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Sisa-sisa Aroma Melaka

Diperbarui: 21 Februari 2019   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Setelah lebih dari sepuluh hari, berkeliling menyesap garam, membebat lebam, bergumul dengan malam, di udara pantai yang diam, di sungai-sungai kecil yang meruam, di sisa-sisa hutan yang tubuhnya koyak, di rawa dan tanah tergenang yang airnya berserak, sampailah aku pada gelimang hawa samudera, menikmati sekejap sambutan Selat Melaka.

Di pantai aku menemukan barisan mangrove yang gagah, bersedekap menantang gelombang yang pecah.

Di sungai aku mendapati kehidupan berjalan hilir mudik, menjemput apa yang disebut nasib baik.

Di hutan aku menjadi saksi atas berlakunya revolusi, kerajaan yang gugur dan penghuninya yang tergusur.

Di rawa aku membenamkan kaki, merasai genangan hitam yang melunturkan hati legam.

Dan di sini, di selat Melaka yang berseri-seri, aku menjumpai seketika aroma tubuh putri-putri Melayu sehabis menari-nari. Menggenggam sepenuhnya perhatian, mendekap halusnya kemolekan, menyarangkan dalam hati kenang demi kenang keindahan.

21 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline