Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ketika Rembulan Terjebak di Trotoar

Diperbarui: 5 Februari 2019   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Aku menelisik sorot matamu dengan pandangan senanar rembulan yang terjebak di trotoar. Aku mencari kejujuran yang kau jatuhkan di selokan. Sebelum ditemukan, aku akan menahan kepedihanmu bersama malam yang sekarang menumpahkan ratapan bersama hujan.

Ini akan menjadi saling tatap yang sangat lama. Selama waktu tunggu di bandara saat jadwal kedatangan lebih padat dibanding keberangkatan. Kita ditertawakan layar monitor yang menampilkan angka-angka pasti tapi kita melihatnya hanya sebatas janji.

Aku memunguti satu persatu keraguan yang berjatuhan dari bulu matamu. Itu bukan airmata. Jadi aku membuang kecemasan sejauh cahaya rembulan yang masih terkapar di trotoar.

Lambat laun semuanya menjadi lanskap yang nampak samar. Aku menemukan rembulan itu hanyut tanpa kabar. Mungkin menuju sungai terdekat. Bergabung bersama segala macam keputusasaan lumpur yang pekat dan sampah yang memucat.

Setelah rembulan itu tak ada, ini saatnya kita mendengar yang benar dan berbicara apa adanya. Di trotoar yang sama tempat kita sedari tadi saling menenggelamkan mata.

Bogor, 5 Februari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline