Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Filosofi Pencarian

Diperbarui: 5 Februari 2019   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di suatu tempat yang aku kira sebagai jalan satu-satunya menuju neraka. Aku malah menjumpai serpihan surga terpelanting di sana. Mungkin ada salah satu penghuninya melarikan diri. Sambil membawa serta rumah yang disebutnya sebagai koloni.

Beberapa teori ilmiah mengatakan bahwa orang yang tidak betah adalah orang-orang yang kalah. Itu salah. Karena dalam teori tidak kaprah, orang yang cepat pergi bukan berarti melarikan diri. Bisa saja mereka hanya ingin meneruskan mencari.

Langit tempat mereka menggantungkan angan-angan, ternyata telah dikuasai hujan. Laut tempat mereka menggembala ikan-ikan, ternyata lebih sering memanen tajam gelombang yang tidak sabar untuk berpecahan. Bahkan sebelum mencapai pesisir. Tempat favorit bagi para musafir.

Ada sebuah tempat lagi yang dinamakan rumah. Kita menanam banyak hal di dalamnya selain bunga-bunga. Yaitu perkara-perkara biasa yang melintas maupun kelewat batas.

Di tempat inilah kita mengaduk rahasia sebagai hal biasa dan membiasakan banyak hal menjadi rahasia.

Sekalipun itu rumah mewah berdapur megah dengan kamar berlimpah dan kamar mandi yang tak pernah basah, tetap saja sekali waktu kita menganggapnya sebagai tempat paling tepat untuk menghadirkan gelisah.

Dalam hal ini teori ilmiah harus minggir terhadap teori tidak kaprah; sebenarnya bukan apa yang kita cari. Tapi lebih penting adalah bagaimana cara kita mencari.

Mengerti?

Bogor, 5 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline