Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ansambel Hujan

Diperbarui: 27 Januari 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Masih tentang hujan yang membiarkan tubuhnya terhempas keras
pecah berhamburan seperti tembikar yang dijatuhkan di atas cadas
menguarkan suara orchestra terbaik yang pernah ada
perpaduan dari irama cinta dan syair-syair beromansa

Saat musik dari hujan terus saja mengalunkan nada-nada ritmis
mungkin tiba waktunya bagi hati untuk mengeringkan tangis
airmata cukuplah untuk persembahan upacara bendera
ketika Sang Saka berkibar dan menyentuh kedalaman jiwa

Ketika irama hujan memelan dan hanya tinggal tetesan demi tetesan
barangkali ini saatnya untuk memeriksa genangan demi genangan
siapa tahu ada serpihan kenangan sedang berkubang di sana
kita tinggal memilih mana yang akan kita jerang nanti senja

Sebagai secawan lamunan saat malam tiba
sebelum lelap menyeret mata
dan kita belum siap menemui mimpi
karena kita tahu pada tubuh mimpi seringkali bertumbuhan duri

Bogor, 27 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline