Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mosaik Hujan

Diperbarui: 21 Januari 2019   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

hujan kali ini yang datang
setajam katana membelah malam
tubuh-tubuh rinai berhamburan
pecah di tanah-tanah basah
terkubur di hati hati yang digumuli resah

irama yang tertangkap telinga
seperti padang gurun yang terluka
semacam pula lagu-lagu orkestra
merayakan kesedihan tak kentara
dari orang-orang yang terpahat patah hatinya

rumput dan lumut merebahkan dirinya
diterpa ratusan rintik tanpa jeda
seolah anak gadis yang kehilangan mimpi terbaiknya
termangu di sudut ruang tanpa jendela
kosong, berteman dengan stupa rasa hampa

tapi, di antara sunyi yang memilin hati
hujan ini adalah lilin yang lupa mati
di tengah kegelapan tanpa celah
di sela rupa-rupa warna gelisah
menyala, tanpa tanda-tanda hendak rebah

mosaik hujan
dilukis otomatis oleh tangan-tangan tak kelihatan
mendermakan penghiburan
sekaligus penguburan
bagi rasa pedih yang berkepanjangan

Bogor, 21 Januari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline