Menguasai ruang-ruang peruntukan di dalam benak bagaimana semestinya bertindak. Jika berhadapan dengan cinta, kekeliruan, kekacauan dan airmata;
1) pikiran mendeposisi alam bawah sadar untuk mengakui sinyal-sinyal tak kentara yang disebut cinta. Ketika mata bertemu mata. Atau mata bertemu cerita. Atau mata dipertemukan sosok yang menggugah rasa.
2) kekeliruan disebabkan lahirnya keputusan. Oleh rezim pikiran yang memberi pertimbangan untuk memutuskan dengan tidak dalam kesetimbangan. Berat sebelah. Juga mentah. Semua tempat dinamakan antah berantah. Sedangkan semua keinginan lalu disebut entah.
3) kekacauan adalah fase terdekat dari harakiri. Rezim pikiran tidak pernah mengambil alih pada situasi ini. Hati adalah kambing hitam terbaik yang bisa didapatkan. Sehingga kekacauan kemudian diputuskan sebagai lalainya perasaan.
4) rezim pikiran seringkali melarikan diri melalui jalan satu-satunya, yaitu airmata, apabila rencana gagal atau tertunda. Di dalam setiap bulir airmata tersimpan banyak alasan. Apakah itu terlambat, tidak sepakat atau hari kiamat mendekat.
Rezim pikiran memang tak terkalahkan. Kecuali jika hati memulakan pemberontakan.
Memperjuangkan kebenaran walau di atas nyala api. Membenarkan sebuah perjuangan meski itu mesti menaklukkan sunyi.
Bogor, 12 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H