Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Mata Rantai Kejadian

Diperbarui: 8 Januari 2019   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Partikel malam yang pekat menyamarkan hujat dari seorang lelaki yang menembus hujan di perjalanan yang sangat terlambat.

Terlambat untuk menyadari bahwa melangkahkan kaki itu harus gagah berani bukan cuma karena jalanan telah begitu sepi sehingga tak ada rintang yang menghalangi.

Halangan yang berkabut bisa dengan mudah menyebabkan takut yang mencengkeram hingga ke dalam tulang dan membuat gemetar sepasang lutut.

Lutut-lutut yang menekuk bersimpuh pada penciptaan tak terbayangkan bagaimana segenggam tanah merah bisa berubah menjadi manusia penuh amarah.

Amarah paling tak termaafkan saat tertumpah dari kawah yang menggelegak di kepala yang mampat oleh rasa lelah.

Lelah yang bukan merupakan sebab akibat namun banyak disebabkan oleh ketidakmampuan mengawasi kejadian demi kejadian yang membuatnya merasa kehilangan.

Kehilangan keinginan terbesarnya untuk menikmati seperti apa partikel malam menyamarkan hujat seorang lelaki yang berusaha keras mencari jalan pulang.

Jakarta, 8 Januari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline