Anak-anak sekarang berpikiran seperti badai
lekat selalu pada gawai
tak tahu bahwa gobag sodor, petak umpet dan ular naga
lebih bisa melincahkan kaki daripada melelahkan mata
Orang tua zaman kini berpikiran seperti anai-anai
begitu lalai
di saat hujan berlari ke tempat persembunyian
lupa mengajarkan anak-anaknya main hujan-hujanan
Teknologi berlari seperti kecepatan kuda sembrani
menyeret semua orang hingga tak punya mata kaki
tunggang langgang, centang perenang
membuat banyak sekali budi pekerti dan akar budaya yang hilang
Kemudahan memang membubarkan kesulitan
tapi juga ikut menghancurkan segenap kearifan
tari-tarian pengundang hujan, pengusir setan, dan gemulainya percintaan
dihancur leburkan oleh beragam maya permainan
Saat mata anak-anak terpejam
karena kelelahan
otot-ototnya mengejang di atas ranjang
ingin cepat terjaga esok hari dengan mata kembali digadaikan
Tak tahu lagi
apa itu jaipong, kecak dan serimpi
seperti apa gasing, egrang dan lompat tali
bagaimana cara panjat pohon, panen padi dan berenang di kali
Sebab orang tuanya sibuk menggadaikan mimpi
pada keyboard mini
dan layar warna warni
Sungguh ironi!
Bogor, 2 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H