Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

Diperbarui: 18 Desember 2018   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Bab XIII

Setia kepada hati
Belum tentu setia terhadap takdir
Karena takdir terkadang berkata lain.
Itu bukan sebuah kesalahan
Itu bukan sebuah kekhilafan
Itu tetap bernama kesetiaan
Pada hati 
Yang tak mungkin bisa dihindari.

 

Bab XIV

Alas Roban.  Dyah Puspita dan rombongan kecilnya memasuki Alas Roban tepat ketika matahari sedang marah marahnya. Terik begitu memanggang. Rerumputan tidak sempat bersolek lagi karena debu terlalu menguasai udara.  Jalan setapak yang biasanya menjadi tempat binatang bermalas malasan, kini sepi.  Semua memilih untuk bersembunyi.  Berdiam diri hingga hujan atau embun datang lagi mengambil alih.  Atau hingga sang matahari menurunkan tirainya menuju peraduan malam. 

Alas Roban adalah jalan pintas bagi orang orang pemberani yang ingin mempercepat waktu tempuh perjalanan ke Majapahit dari Galuh Pakuan atau sebaliknya. Bagi yang tidak mempunyai nyali, melewati Alas Roban sama saja dengan bunuh diri.  Begal, rampok, dedemit, memedi adalah rintangan yang harus dihadapi.  Butuh waktu beberapa hari untuk menempuh hutan gung liwang liwung itu hingga sampai ke jalan besar yang sebenarnya. Terdapat beberapa jalan setapak di dalam hutan besar itu.  Semakin pendek jaraknya, semakin pula banyak gangguan yang akan ditemui.

Dyah Puspita sengaja mengambil jalan setapak yang tersulit.  Dia berusaha agar mereka tidak banyak berpapasan dengan manusia.  Tujuannya datang kesini adalah untuk mencari keterangan kepada satu tokoh "ajaib" dunia persilatan yang bertempat tinggal di hutan ini.  Tokoh itu dikatakan ajaib karena sama sekali tidak mempunyai kemampuan kanuragan.  Namun mempunyai keahlian sihir yang luar biasa.  Tokoh ini sama sekali tidak terkenal di dunia persilatan karena memang tidak pernah mencampuri urusan apapun dan siapapun. 

Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Nyi Genduk Roban ini adalah salah satu datuk di dunia sihir.  Kemampuan sihirnya bisa disejajarkan dengan Setan Sihir Negeri Seberang yang merupakan raja diraja sihir dan merupakan guru dari Hulubalang Setan Tanah Baluran dan Ki Mangkubumi.  Bisa dibayangkan, jika Ki Hangkara saja bisa membangkitkan pasukan orang mati, maka Nyi Genduk Roban pasti bisa berbuat lebih dari itu.

Sebagai orang yang sangat memahami seluk beluk sihir.  Dyah Puspita berharap Nyi Genduk Roban punya kemampuan yang sama dengan Setan Sihir Tanah Seberang.  Bisa menyembuhkan kutukan sihir Ratu Laut Selatan pada Arya Dahana.  Atau paling tidak, bisa memberikan informasi di mana keberadaan raja diraja sihir itu.  Sehingga mereka mempunyai tujuan yang lebih pasti dan tidak lontang lantung berbulan bulan mengembara.

Dyah Puspita memperoleh informasi bahwa tempat kediaman Nyi Genduk Roban adalah di tempat paling gelap dalam hutan itu.  Dia tidak tahu tepatnya namun dugaannya mengatakan tempat paling gelap adalah tempat yang tidak pernah didatangi manusia dan tentu saja tidak ada jalan setapak di dalamnya.  

Arya Dahana sudah berkali kali kambuh kutukannya.  Sehingga Dyah Puspita sekarang hafal harus melakukan apa jika Arya Dahana sedang kambuh. Dia hanya menjaga agar pada saat kambuh, Arya Dahana tidak sedang di bibir jurang, sedang mandi di sungai atau sedang di tempat berbahaya lainnya.  Karena ujung ujungnya pemuda itu pasti pingsan dengan wajah yang menyisakan ketakutan teramat sangat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline