Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Saat Puisi Menjadi Pohon-pohon

Diperbarui: 4 Desember 2018   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber; beritalangitan.com

seirama dengan gendang telinga
yang mendengarnya
seterusnya menjadi kaca pembesar
bagi mata yang melebar
menyaksikan pohon-pohon
menanamkan akar-akarnya
di kepala

dari banyak buku-buku para pujangga
juga ketika syair mengalir dari pintu surga
menuju neraka, atau sebaliknya
pohon-pohon terus bertumbuh
di halaman yang tak pernah utuh
robek sana sini, dikoyak misteri
dari kata-katanya yang bercabang
pun sisi-sisinya yang menajamkan pedang
agar sanggup membunuh
kemuskilan yang lumpuh
atas tanah-tanah yang kurus kering
seperti bayi-bayi Etiopia
ketika ibunya sibuk menyewa air susu kuda
karena payudaranya sendiri hampa

saat puisi berhasil menyegarkan pohon-pohon
yang sebelumnya enggan hidup lebih lama
di tanah yang menggemuk setelah disiram kata-kata
mengenai harapan dan bukan kecemasan
di saat itulah puisi terus menumbuhkan dirinya
di kepala yang telah lama terputus
dan juga dunia yang nyaris mendekati pupus

Bogor, 4 Desember 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline