Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Saat Khayalan Terantuk Batu

Diperbarui: 25 November 2018   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ketika spektrum gelap mendominasi angkasa
warna-warna kemudian pecah dengan sendirinya
bukan tanpa alasan jika aku pilih biru
karena langit adalah arah mataku menuju
karena laut adalah arah perahuku melaju

dari semua keonaran yang pernah terjadi
ketika hati dikuasai pilihan
berkabung atau berkubang
pada masa silam atau kenangan
pilihan malah berhenti
pada keinginannya sendiri

sajak-sajak lalu meminum tuak
sehingga kalimatnya enggan untuk tegak
sempoyongan berpegangan
pada majas yang memabukkan

puisi-puisi menyesap habis wiski
lupa pada kopi
terhuyung-huyung dengan wajah murung
dimanakah gerang maknanya tersandung

si penulis merobek helaian kertas terakhir
merasakan betapa mudahnya menjadi pandir
ketika khayalannya terantuk batu
di langit yang menenggelamkan warna biru

Bogor, 25 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline