"Aku bosan menunggu Ram. Menunggu tak hanya membuatku jemu, tapi menimbulkan banyak kerusuhan di kepalaku," seorang perempuan memandang lurus laki-laki di depannya dengan tatapan tajam.
Lelaki yang dipanggil Ram mendengus kecil. Menyingkirkan layar laptop dari depan matanya. Gantian menatap.
"Di dunia ini hanya ada 2 hal yang bisa kita lakukan selain menunggu. Berhadapan atau melarikan diri. Itu saja pilihan yang tersedia Shin."
Shin melepaskan tatapan kepada Ram. Lelaki itu terlalu pintar mengelak dengan kata-katanya. Pandai berkelit.
"Harus berapa lama lagi Ram? Menunggu kita diberangkatkan batu nisan?" kali ini sarkasme dilontarkan untuk mengusik harga diri Ram.
Kembali Ram mendengus. Kali ini lebih kencang,"kau berlebihan Shin. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan waktu. Ini masalah ketetapan dan keyakinan. Sesederhana itu. namun juga sesempurna itu."
"Jadi kau memilih menghadapinya atau melarikan diri Ram?" Shinta terus mendesak dengan pertanyaan setajam paku.
"Hmm, tentu menghadapinya. Kau pikir melarikan diri itu lebih mudah daripada menghadapinya? Kau salah Shin."
"Tapi kau tidak terlihat berniat menghadapinya Ram. Malah kelihatan kalau kau sedang menghindarinya," tuntut Shinta berkeras.
Ram menutup layar laptopnya. Menusuk lembut mata Shinta dengan ucapannya. Rama memang selalu lembut.
"Aku...akan...menghadapinya...paham?"