Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Menyemai Hujan di Halaman

Diperbarui: 5 November 2018   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ini tidak gampang. Menyemai hujan di halaman ibarat mendirikan istana pasir saat laut sedang pasang. Tak boleh keliru letak dan penempatan. Atau akhirnya kita hanya akan memanen kabut. Jika salah-salah malah menuai luput.

pasang perangkap ketika hujan datang. Jangan dengan ratapan. Buatlah perangkap yang terbuat dari benang yang berasal dari kekuatan angin. Hujan takluk pada angin. Kepadanya hujan banyak  berhutang dingin.

Setelahnya siapkan persemaian. Digulud dari tanah subur bercampur serasah hancur. Taburi dengan pupuk yang diambil dari besarnya perhatian. Lubangi dengan cara-cara terbaik mengenang sungai, danau dan lautan.

bila semuanya telah tertata. Tunggu petir memberikan pertanda. Tadah hujan pertama dengan hati yang tak terluka. Siramkan pada lubang-lubang yang ada. Maka kelak kau akan panen raya. Yaitu senyum bahagia dan sejumlah tawa. Setelah kemuning dan kenanga tumbuh lebat di depan mata. Mempersembahkanmu beberapa kuntum bunga.

Bogor, 5 Nopember 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline