Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Perayaan Hujan

Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pexels)

menjadi saksi atas berlangsungnya sebuah peristiwa
ketika irama hujan membentur aspal
seperti marching band berparade
saat perayaan kemerdekaan atas telah diucapkannya cinta
dari daun kepada akar kekasihnya
serta tatapan penuh kasih yang manis
dari tanah retak terhadap kehadiran gerimis

hujan tidak selalu bermakna kedatangan
namun bisa pula berarti kepulangan
dari para perantau yang pergi memanjat langit
lalu menjatuhkan diri untuk membebat rasa sakit
atas gerah, marah dan rasa kehilangan
bagi segala sesuatu yang disebut perpisahan

pada sebuah kejadian
hujan dirayakan secara berlebihan
oleh sungai-sungai yang meluapkan dirinya
oleh danau-danau yang menenggelamkan tepiannya
oleh lautan yang mendidihkan kabut
oleh orang-orang yang berniat menyembunyikan sejumlah luput

pada suatu rencana
hujan dirayakan secara sederhana
bagi mereka yang paham betapa tercekiknya kerongkongan
saat kehausan
mengambilnya cawan demi cawan
lalu membasahi lidah secukupnya
agar ludahnya tak lagi membusakan bisa

Medan, 25 Oktober 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline