sehelai daun mengeringkan dirinya sendiri. Di tengah musim penghujan. Di sela-sela derasnya hujan!
kau memungut daun itu. Menelisik siripnya yang membatu. Ada hati retak tergeletak di sana. Entah itu punya siapa. Kau tidak yakin untuk langsung percaya. Bisa jadi milikmu. Bisa juga milik daun yang merana itu.
kau meletakkan daun kering itu di jambangan. Berharap keajaiban. Daun itu mampu menumbuhkan akar. Kembali hidup dengan tegar.
sama sepertimu. Kau merasa ditelikung waktu. Sekian lama merindukan bulan jatuh di pangkuan. Namun yang datang ternyata ngengat-ngengat pemburu lampu yang berjatuhan.
kau dan helai daun itu bercermin di kaca yang sama. Memantulkan hati retak yang tiada beda. Lalu sama-sama menitipkan doa. Pada hujan yang terlanjur menua.
agar terbawa sampai lautan. Di sana lah duka selalu sanggup untuk berkesudahan.
Simalungun, 25 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H