Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Langit Rubuh

Diperbarui: 23 Oktober 2018   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tuan-tuan penunggang kuda. Berdiri di atas sanggurdi. Mengayunkan cemeti berujung duri. Mencoba melukai. Seekor merpati yang sedang membawa matahari. Datang ke suatu tempat. Salah alamat.

tuan puteri pengendarai bianglala. Melemparkan tatapan buas. Kepada rumput yang mulai meranggas. Selayaknya hyena yang cemas. Tak dapat lagi mengendalikan savana. Setelah rombongan singa tiba.

langit sepertinya akan rubuh. Menimpa banyak kepala yang dilanda rusuh. Tubuh dan hati lantas melepuh. Menantikan pagi membagikan embun. Agar tak lagi serasa dilanun.

langit bisa menegak kembali. Jika horison tak dipatahkan berulang kali. Biarkan semesta merencanakan semua. Tanpa perlu campur tangan tak pada tempatnya.

Medan, 23 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline