Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Pagi yang Cantik

Diperbarui: 20 Oktober 2018   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di hadapan rumpun bunga sepatu. Aku menunggu. Jatuhnya cahaya pertama. Pada pagi yang menyelesaikan kebutaannya.

di antara pokok kamboja. Aku menajamkan tatap mata. Menelisik doa-doa yang tertinggal. Setelah malam menamatkan kegelapannya yang janggal.

di depan pohon cemara. Aku menyusur embun yang bergantung pada ketiak daunnya.  Tak lama akan berjatuhan. Mendarat di rerumputan. Menyatakan diri sebagai unsur kebahagiaan.

di bawah sulur padat tanaman markisa. Aku menghitung jumlah buahnya. Satu demi satu. Sampai nanti ketemu yang manakah mengandung rindu.

pagi yang begitu terhormat. Menyapa dengan khidmat. Setiap orang yang melalu-lalangkan mata. Sembari menerka apakah sore nanti hujan akan tiba. Setelah cakrawala membiaskan pertanda yang ada.

pagi sangat cantik. Memainkan bulu matanya yang lentik. Berupa luruhan daun-daun. Melayang di udara yang santun. Mengikuti angin yang menggiringnya berduyun-duyun. Jatuh di tanah yang basah. Berjajar rebah.

Di sinilah periodenya menjadi serasah dimulai. Memutar siklus kehidupan berulang kembali.

Bogor, 20 Oktober 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline