Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi│Sepenggal Saja

Diperbarui: 18 Oktober 2018   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

linikini.id

Demi sepenggal gerbong kereta. Manusia rela mempertaruhkan biji matanya. Melotot dan berotot. Untuk sebuah fase yang disebut perjalanan. Bertandang ataupun pulang.

Demi sepenggal cerita. Orang-orang rela mengaduk nyawanya. Di medan perang, puncak gelombang, maupun kawah berlubang. Tak takut desing peluru bisa saja keliru, tajam ombak mudah saja menombak, dan letupan api sanggup merajam hati.

Demi sepenggal waktu. Kita menabrakkan diri pada banyak ketidakmungkinan. Melalui liku-liku ketidakpercayaan. Atas nama sebuah keniscayaan.

Demi sepenggal asa. Seekor elang menyayat sayapnya sendiri, pada tajamnya udara. Untuk persembahan. Bagi seekor marmut atau ikan. Demikian juga seekor merpati, yang membuang berita menyenangkan bagi dirinya sendiri. Agar cukup ruang untuk menyebarkan berita yang dititipkan padanya, teruntuk dunia yang nyaris mati.

Demi sepenggal cinta. Jantan dan betina saling mengasuh airmata. Untuk duka atau bahagia. Tak ada yang tahu bedanya.  Semenjak dahulu kala. Bahkan ketika manusia hanya berjumlah dua.

Jakarta, 18 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline