Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Rindu, Dimensi Tak Terpetakan

Diperbarui: 11 Oktober 2018   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada gunanya berseteru dengan rindu. Percuma saja. Rindu tak pernah memusuhi siapa-siapa. Rindu tak lebih dari utusan. Dari hujan kepada awan yang menjatuhkannya. Dari kunang-kunang terhadap malam yang membuatnya bercahaya. Dari bintang pada langit yang memberinya tempat bertahta.

juga dari seorang lelaki kepada perempuan yang membuatnya sanggup merangkai hujan untuk memerangkap kunang-kunang yang sedang dikejar bintang.

Rindu tak bisa dilukai. Dia adalah misteri. Sekerasnya kau coba menghempas, rindu tak akan bisa lepas. Sekuat apapun kau merajam, lebam setitikpun tak akan. Setajam apapun kau libaskan kelewang, rindu tak bergeming dan hanya bergumam; kita tidak sedang berperang, camkan!

Dalam rumus semesta yang satu, rindu adalah waktu. Yaitu waktu yang kau gunakan untuk menggambar langit-langit kamar terhadap wajah yang samar. Waktu yang kau habiskan untuk menyusup perlahan di antara berbingkai-bingkai lamunan. Waktu yang kau buang agar bisa kau punguti lagi karena selalu saja meminta kembali.

Itulah sesungguhnya rindu. Dimensi kesekian yang tak terpetakan.

OKI, 11 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline