Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Dunia Berlapis Tiga

Diperbarui: 3 Oktober 2018   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa lapis dunia berhasil dipetakan. Dibentangkan di atas meja. Bagi seorang petualang yang berjuang menemukan jalan pulang.

Mendatangi rimba belantara untuk terikat pada suluran rotan. Berperahu di sungai beriak dengan menikmati setiap hempasan jeram. Menjejak di puncak bukit berangin agar bisa melabuhkan setiap ingin yang lama mendingin.

Ini bukan mimpi buruk tentu saja. Ini adalah mimpi terbaik yang didatangkan oleh pagi dan senja. Bahkan mungkin pesanan khusus dari neraka dan surga. Bisa keduanya. Atau salah satunya. Tidak di antaranya.

Seduri apapun ketajaman. Sepisau apapun sayatan. Sebadai apapun hempasan. Bukanlah perkara. Itu biasa. Sebiasa kau ketika harus bertanggungjawab terhadap jatuh bangunnya cinta.

Ini dunia tak biasa. Dibangun tidak dari logika. Atau perhitungan angka-angka. Ini dunia yang dibesarkan pengertian. Atas segala kekacauan yang ditimbulkan.

Dunia ini bisa jadi dunia yang gila. Pada setiap lapisannya, tercipta sajak dan puisi tentang fajar yang terbakar, siang yang meregang, senja yang kehilangan nyawa. Juga malam yang seolah memadam.

Namun tetap ada matahari yang bersedia memecah dirinya. Dalam kehangatan cahaya yang selanjutnya menetap dalam jiwa.

Ini dunia berlapis tiga yang sesungguhnya tersusun dari pecahan kaca. Di dalamnya ada peri, bidadari, dan penari.  Bersama-sama mengendarai warna-warni pelangi. Berikut seorang lelaki yang memotong nadinya sendiri atas nama mimpi yang menurutnya sudah jadi.

Jakarta, 3 Oktober 2018

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline