Aku melihatmu, menari di antara kupu-kupu
terbang rendah di pelataran
menyapu reruntuhan daun putri malu
hingga beterbangan
Seolah melihat kilas balik masa
daun-daun itu merupa ganjil genap angka
ganjil dalam penampakannya
namun menggenapkan kehadiran mata
Aku memburumu, ingin meniru
lukisan pada sepasang sayap
mirip warna malam sedang digurat
oleh cahaya lamat-lamat
Seakan masa tak hendak berganti
sayap itu tetap diam di tempat
menunggu yang dinanti
datang membawa janji amanat
Aku menyiapkan temali
dari untaian serat melati
menangkap kupu-kupu seolah menimang kabut
selalu ada luput meski telah kalang kabut
Tarianmu di antara kupu-kupu dan waktu
adalah pertunjukan tak pernah usai
memeramku pada tumpulnya sembilu
pada luka yang sayatannya belum selesai
Bogor, 29 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H