Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Waktu Telah Yatim Piatu

Diperbarui: 25 September 2018   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita sampai pada sebuah tempat yang bergerak lambat.  Tak ada percepatan di sini.  Semua seolah mampat dan sunyi.

Bahkan mungkin jarum jam telah begitu mandul.  Tak sanggup lagi melahirkan angka demi angka. Supaya semuanya berputar seperti semula.

Waktu rupanya telah menjadi yatim piatu.  Tersasar kesana kemari tak tentu. 

Aku tak mau waktu mencari pengasuh yang keliru.  Seperti misalnya batu.  Waktu akan mengeras layaknya cadas.  Kita yang menjalaninya tentulah akan mudah kebas terkelupas. 

Apalagi jika pengasuhnya kabut.  Banyak hal akan luput.  Segalanya menjadi samar.  Baik dan buruk hanya perkara sabar dan nanar.

Aku masih menunggumu menyampaikan sesuatu.  Apapun itu.  Agar kita tak terlibat lagi dengan banyaknya pertanyaan yang tersimpan.  Di setiap detak waktu yang berjalan.

Selanjutnya kita cuma punya berlimpah jawaban. 

Karena kita memutuskan menjadi kesimpulan.  Bukan tubuh dan pikiran yang tersusun dari berbagai kecemasan.  Induk semang dari keraguan.

Selayaknya segera kita berdoa.  Tak usah mengharap apa-apa.  Semua doa selalu didengarkan oleh Yang Berhak.  Meski kadangkala jawabannya adalah tidak.

***

Jakarta, 25 September 2018

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline