Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Banyak Rencana

Diperbarui: 23 September 2018   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyak rencana.  Menjerang isi kepala.  Menuju titik didih.  Membuatmu penat dan tertatih-tatih. 

Rencanamu untuk menancapkan tiang kebebasan di puncak gunung yang dingin setelah kau berhasil mendakinya dengan kekuatan ingin.  Terhalang oleh angin.  Kau terhuyung-huyung.  Seolah orang sedang nandang wuyung.

Isi kepalamu mengeluarkan bunyi-bunyian.  Seperti tarian perang Mohican.  Perang yang tak pernah dimenangkan.  Karena di dunia, kebaikan belum tentu tak terkalahkan.

Rencanamu agar bisa terbang bersisian dengan elang sembari mengitari padang ilalang yang menyimpan rupa-rupa kenangan.  Terhambat oleh genangan awan.  Pandanganmu menghitam.  Kurang lebih malam.

Isi kepalamu berlarian.  Menantang otak untuk berkata jangan.  Tapi otakmu adalah sahaya.  Diperintah hati yang sesungguhnya adalah raja.

Rencanamu memilah pagi mana yang hendak kau sukai, dicegah matahari.  Terpaksa kau mengabutkan diri menjadi misteri.  Melayang-layang.  Seolah menghilang.  Padahal hatimu tetap di sana.  Menanti cinta.

Isi kepalamu menyajikan orkestra berganti-ganti.  Dari kencangnya melodi Clementi.  Hingga lembutnya violin Vivaldi.  Itu semua adalah hasil pertunjukan dari rencanamu sendiri. Lintang pukang berlari.

Jadi.  Hentikan punya banyak rencana. Bebaskan isi kepala.

Saat kau bilang bahagia itu ada karena direncanakan.  Kau lupa bahwa rencana itu ada karena kita tak merasa dibahagiakan.

Bogor, 23 September 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline