Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ini Cerita Senja Berikut Temaramnya

Diperbarui: 3 September 2018   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay)

Warna senja itu sekilas seperti hawa amarah yang baru saja reda.  Merah suam-suam kaca.  Laksana pipi seorang dara ketika disuapi cinta pertama.

Lama kelamaan memudar ditelan kabut.  Turun dengan lembut.  Merengkuh tanah-tanah basah.  Di kaki rumpun bunga yang lamban merekah.

Memang bukan waktunya.  Bunga adalah duta bahagia bagi mata.  Dimekarkan pagi.  Ditumbuhkan keluasan hati.

Senja menumbuhkan hal lainnya.  Temaramnya adalah ruang tunggu yang ditata sempurna.  Bagi terbangnya doa-doa.  Menguar ke angkasa.  Menemani bintang-bintang yang kesepian.  Di aula langit yang berantakan.

Cerita senja diturunkan turun temurun.  Sebagai pengantar tidur anak-anak yang kini dijejali banyak kisah majnun.  Dari permainan di gawai yang diperankan para lanun.  Mengingatkan mereka.  Jangan pernah lupa pada waktu apa mereka seharusnya berdoa.

Ini sedikit saja cerita mengenai senja.  Sebelum malam datang dengan matanya yang buta.  Meneriakkan kegelapan.  Menjeritkan kesunyian.  Seperti dongeng-dongeng dahulu kala.  Saat Malin Kundang membatu di tubuh arca.

Bogor, 3 September 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline