Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi│Di Masa Depan

Diperbarui: 15 Agustus 2018   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: vebma.com

Musik di masa depan adalah musik yang dimainkan dari tombol-tombol kecil yang bernyanyi. Bukan dari gamelan maupun denting kecapi. Gamelan ada di ruang musium.  Kecapi tergeletak putus senarnya di sudut zaman yang beranjak mesum.

Tarian di masa depan adalah tarian yang digerakkan oleh botol-botol hologram yang meliuk-liuk ringan. Tidak nampak para penari dengan pinggul berisi ataupun mata bulat yang melirik ke kanan kiri. Para penari tertidur lelap di depan televisi.  Setelah menampilkan pagelaran yang dipentaskan di pertengahan mimpi.

Berjabat tangan di masa depan dilakukan oleh tangan-tangan tak kelihatan. Memutuskan ini damai dan itu perang. Lalu menyodorkan jumlah mayat yang harus dikuburkan. Di bagian bumi mana harus dimakamkan. Juga di belahan mana ibu-ibu muda mesti banyak melahirkan.

Masa depan telanjang di depan kita. Mencoba bertingkah menggiurkan agar kita meneteskan air liur. Terangsang. Lalu mengikuti mereka tanpa berpikir agar cepat sampai di ranjang. Terlelap kelelahan. Terbangun esok paginya dengan tenang, di kepala kita telah tercangkok otak udang.

Di masa depan, kita akan banyak diam. Menggemuk cepat. Lalu mati kegemukan. Semua dilakukan oleh tombol, hologram dan tangan-tangan tak kelihatan.

KL, 15 Agustus 2018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline