Nyawa melaut pada saatnya. Dilarung oleh waktu yang tak pernah bertanya. Apakah tugasmu sudah selesai? Apakah kembaramu telah usai?
Kematian adalah kejadian kecil. Dibalik sebuah skenario besar. Bagaimana cara nafasmu berhenti? Seperti apa kau ketika bersebutan orang mati?
Betapa rumitnya hidup. Dibandingkan ketika nisan sudah berlumut. Segalanya bergerak membabi buta. Dibandingkan diam berbelulang di dalam tanah sana.
Pada waktunya memang kita kembali. Kepada Yang meniupkan ruh melalui tembuni. Bertanggung jawab terhadap api, yang kita pergunakan untuk membakar sunyi. Bertanggung jawab terhadap air, yang kita pakai untuk membanjirkan kehendak hati.
Pada waktunya memang kita akan mengendarai keranda. Menuju satu kotak sempit yang dinamakan pusara. Menuntaskan janji hidup kepada mati. Menyelesaikan satu titik setelah melalui banyak koma dan tanda baca.
Pada waktunya memang kita berhitung neraca. Kemana timbangannya jatuh memberat. Pada keinginan yang membuat kita menjadi raksasa pemakan segala. Atau pada keberserahan diri kita saat menjadi kurcaci.
Pada waktunya, memang kita mesti mengembalikan waktu kepadaNya.
Jakarta, 6 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H