Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi │Separuh Hari dan Separuh Hati

Diperbarui: 1 Agustus 2018   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Separuh hari telah terpenggal. Di bawah tajam guilotin matahari. Terguling kesana kemari. Mengikuti ke arah mana angin pergi. Angin yang membawa semua kesepian akhirnya diasingkan. Di sudut terjauh yang bisa diabaikan.

Separuh hari yang tersisa. Didoakan agar tetap perkasa. Menuntun kemauan. Ke dalam keinginan yang menjadikan pemiliknya adalah tuan. Tidak teraniaya sebagai buangan angan-angan. Atau terpinggirkannya kenangan.

Separuh hari bisa saja terjungkal. Oleh sebab-sebab yang janggal. Manakala kita dengan sengaja membiarkan diri tertinggal.

Separuh hati telah tanggal. Di kejadian yang disebut kepulangan. Kepada cinta dan kerinduan. Didekap erat. Sekencang bulan terhadap purnamanya. Sekuat hujan terhadap rinainya. Selebat hutan terhadap mosaik tumbuhannya.

Separuh hati yang tersisa. Diperuntukkan bagi perjuangan. Dalam rupa-rupa bentuk. Merebus kehendak. Mendidihkannya dalam tindak. Menuangkan dalam beraneka ragam rasa. Pahit, getir, dan saripati nira. Menyesapnya dengan berbagai cara. Teguk, tenggak, atau menelannya begitu saja.

Separuh hati mungkin saja mati. Jika kita tidak berhati-hati. Bagaimana sesungguhnya cara  menerjemahkan mimpi.

Pekanbaru, 1 Agustus 2018   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline