Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Memulung Rongsokan Sunyi

Diperbarui: 23 Juli 2018   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(lafrancmaconnerieaucoeur.com)

Pada setiap titik hujan yang menjatuhi atap rumahmu, berjanjilah untuk menampungnya tanpa setetespun terbuang percuma menjadi genangan berdebu.  Hujan itu mendatangimu bukan tanpa alasan.  Tapi untuk menumbuhsuburkan setiap detik kenangan.

Pada setiap kemarau yang mengeringkan tumpukan daun-daun yang menyeraki halamanmu, berjanjilah untuk kau hiraukan seperti saat kekasihmu bertamu.  Kemarau itu mengingatkanmu tentang beberapa perkara.  Salah satunya adalah tentang rasa penasarannya pada perjamuan cinta.  

Pada setiap sungai yang mengaliri sudut desamu.  Beri jalan menuju pematang sawah yang telah kau buka menganga.  Biarkan mencumbu setiap pokok padi.  Sampai tiba saatnya diserahkan pada rengkuh hangat matahari.

Pada setiap lautan yang tergeletak di antara pulau-pulaumu.  Layarkan segenap kapal kecil nelayan.  Beri mereka kesempatan menebar jala dan mendirikan bagan.  Di situlah sesungguhnya letak kecilnya kerinduan terhadap besarnya perjuangan.

Pada setiap mimpi yang menyinggahi tidurmu, siapkan satu bentangan kelambu.  Jangan sampai mimpimu lepas liar tak terkendali.  Kau memerlukannya untuk bersedekah pada pagi.  Agar pagi tak perlu lagi memulung rongsokan sunyi.

Jakarta, 23 Juli 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline