Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Tembang-tembang yang Mengiringi Hari

Diperbarui: 17 Juli 2018   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lamat-lamat tembang mocopat dibaca cepat. Ini tentang semangat. Jangan terlambat mengejar pagi. Pagi biasanya berlari sekencang rusa. Tiba-tiba saja sudah senja.

Sebaiknya sedari dini mengemas cahaya matahari. Tertinggal saja sebentar. Maka hanya akan mendapatkan keraknya yang terbakar. Orang-orang saling berebut kehangatan yang langka. Itu ada di titik sebelum matahari tinggi menaiki tangga.

Setelah mocopat, tembangnya berubah menjadi asmaradana. Bercerita penuh cinta tentang orang-orang yang menyediakan dirinya menjadi laba-laba. Menganyam jaring dengan tekun. Menyesap sedikit haus dari embun. Bersiap menyergap mangsa di bawah bayangan rimbun.

Mendekati petang ketika keriangan telah meluntur menjadi kegelisahan, tembang yang paling tepat adalah degung cianjuran.  Alirannya yang mendayu bisa menyegarkan kembali wajah yang kuyu. Memompa kerinduan akan satu hari yang terlewati. Ke dalam kepingan kenangan yang sungguh berarti.

Jakarta, 17 Juli 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline