Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Menyabung Kematian

Diperbarui: 15 Juli 2018   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pilihanmu cuma satu. Mati! 

Sebab kau sedang berenang dalam kolam yang dicuci memakai merkuri. Kau menghisap udara bertuba hasil pantat raksasa pabrik pembuat boneka. Kau hidup di antara jeritan hutan yang satu persatu meregang nyawa. Kau bergelimang asam dari pipi hujan yang berairmata kusam.  Kau tinggal persis di bawah lubang hidung kematian dari langit yang terus menerus ditusuk belati berbisa.

Aku, kau, kita semua sedang menyabung kematian.  Terkena ujung taji dari pagi yang mati suri, siang yang terhumbalang, sore yang sekarat, dan malam yang sedang berayun menuju pintu gerbang kiamat.

Lorong-lorong zaman dibangun sejengkal demi sejengkal.  Makin lama makin sempit.  Tubuh dan nafas saling berhimpit.  Entah mana yang lebih dulu merasa sakit.  Tubuh terkoyak atau nafas yang meruyak.

Peradaban melaju dengan kecepatan suara.  Berusaha keras mencapai kecepatan cahaya.  Manusia dibuat lintang pukang mengejar.  Mengendarai suara dengan telinga pengar.  Belajar menunggangi cahaya dengan jiwa memar.

Pilihanmu cuma satu.  Terbakar!

Bogor, 15 Juli 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline