Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Menjamu Masa Lalu

Diperbarui: 8 Juli 2018   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di meja yang ditata secara sederhana. Piring dan cawan dari tanah liat. Digunakan untuk sekuatnya mengikat.  Ceceran masa lalu yang serupa daun melayang-layang. Mengering.  Menyerpih. Menjadi serasah. Di tanah yang menerimanya sebagai tamu sekaligus penghuni. 

Makanan berupa kenangan dihidangkan. Hambar, pahit dan manis dipilah sesuai nama rempah ingatan. Siapapun boleh mencicipi.  Karena ini juga semacam keadilan. Jangan paham hanya kepahitan jika rasa manis telah lama meninggalkan. Jangan pula menganggap semua sari nektar jika ternyata hati pernah sesekali terbakar.

Gunakan sendok atau garpu jika perlu. Karena memegang masa silam dengan tangan akan serasa menggenggam pisau berlumur luka. Luka yang timbul karena apa saja tetaplah luka yang sama. Mengoyak hati dan mencerabut isi kepala. 

Setelah selesai mengunyah kenangan mentah-mentah, muntahkan di selokan. Biarkan air yang mengalir membawanya ke muara. Di sana telah menunggu lautan. Tempat segala kenangan mudah terlupakan.

Yogyakarta, 8 Juli 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline