Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Kenangan yang Rusak

Diperbarui: 29 Juni 2018   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: ourplnt.com

Kita sedang membetulkan beberapa kenangan yang rusak di sebuah beranda yang pagar pembatasnya koyak. Kau mengambil palu hukuman atas ketidakterusterangan.  Aku menyodorkan paku yang sempat aku cabut dari dinding ketidakberdayaan. Dulu. Ketika gumpalan pasir basah memegang erat kakiku dan kakimu.  Mencegah kita bersama menuliskan judul puisi tentang waktu.

Kau ke kanan. Berlari menuju hujan. Aku ke kiri. Mencari jati diri sambil tak henti berusaha untuk harakiri. Kau mengumpulkan setiap remah hujan untuk kau kunyah mentah. Aku mengasah duri setajam aku bisa agar menyerupai belati. Aku dan kau menjauh seperti dua kaki yang berdekatan namun lumpuh.

Seumpama waktu itu kenangan kita bangun dengan cara yang jujur. Mungkin sekarang kita lebih beruntung karena saling bisa berterus terang bahwasanya penyesalan itu adalah semacam nasi yang ingin dimasak biasa namun ternyata menjadi bubur. 

Tapi kita kini menyadari bahwa kenangan yang rusak itu bisa diperbaiki. Selama meja dan kursi di beranda itu kita ganti. Bukan dengan yang lebih baik tapi lebih tepatnya sesuai apa yang kita sepakati.  

Kita hanya harus menguatkan hati. Karena rayap dan bubuk setiap saat bisa menjadi mimpi buruk. Menghancurkan kaki meja atau melapisi permukaannya dengan jelaga. Sehingga mencegah kita menjajarkan cawan dan pinggan di atasnya. Menghalangi kita mengadakan perjamuan tiap pagi.  Sambil memetik melati dan membahas tuntas semua mimpi yang kita alami.

Kita harus sekuat kaktus. Mengambil jiwanya yang mampu hidup di padang tandus. Kita meniru mereka. Tidak mesti persis sama. Tapi paling tidak tak perlu banyak mengeluarkan airmata. Ketika kenangan yang dibangun ulang harus terluka. Di sana sini.  Sebab semua itu wajar terjadi. Kita tinggal menjaganya sekuat tenaga. Jangan sampai luka itu membunuh hati.  Lalu kenangan yang rusak itu menjadi mati.

Jakarta, 29 Juni 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline