Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ini Semua Belum Berakhir!

Diperbarui: 17 Juni 2018   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku sengaja membiarkan.  Saat kau meraih angin yang lewat lalu kau gelung di rambutmu.  Seperti tusuk konde berikut ronce-ronce.  Putri istana yang sedang kasmaran.  Kepada sosok pangeran yang belum dilahirkan.

Keputusanmu untuk menghilangkan bab tentang langit yang terluka tentu saja aku tentang.  Langit itu bukan cuma terluka.  Tapi sangat terluka.  Darahnya yang berwarna biru meleleh tak habis-habis.  Hanya tinggal kelabu yang juga teriris-iris.

Begitu kau pilih dinding kamar menjadi alas tidurmu.  Bukannya ranjang yang sudah susah payah aku anyam dari perhitungan rindu.  Aku sedikit kecewa.  Tapi tak apa.  Mungkin itu hanya untuk sementara.  Karena kau sedang mengujiku.  Kau pikir aku kurang dalam pelajaran cinta.

Ketika kau terbangun aku berharap kau ingat aku.  Ingat bahwa aku sangat mengingatmu.  Itu akan menyembuhkan sedikit lupamu.  Pada kenangan yang rupanya datang berulang.  Seperti siaran dalam sebuah pertandingan saat gol bersarang.

Beranda.  Sebuah tempat yang kau katakan sebagai museum masa lalu.  Kau pajang banyak fragmen cerita yang terputus-putus.  Sebab memang belum pupus.  Meski kau bersikeras bahwa itu akan kau hapus. Dan itu ternyata tidak gampang.  Apa yang terangkum di situ sekeras tulang belakang. 

Akhir cerita.  Bukan berarti semua sudah berakhir.  Kau tahu apa itu menhir? Ribuan tahun tetap saja bisa dianggap sebagai saksi berlakunya sebuah takdir.

Bogor, 17 Juni 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline