Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Kisah Lantai Hutan dan Savana

Diperbarui: 18 April 2018   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sweetpeet.com)

Aku adalah perantaramu.  Menyebarkan benangsari pada putik-putik yang kesepian.  Ujar serombongan kupu-kupu kepada angin yang bingung menentukan arah kemana harus rebah.

Aku adalah lantaranmu.  Menebar biji-bijian di tanah-tanah yang kekeringan.  Kata sekawanan burung kepada matahari yang kesulitan menembus belukar untuk menghangatkan pori-pori bumi.

Suara-suara misterius bersahutan di lantai hutan dan savana.  Ketika benangsari dan putik saling berpagutan.  Menunggu kelahiran biji-biji berpecahan.  Tenggelam di rahim serasah.  Lalu berkecambah.  Menjadi calon-calon bunga dan pohon buah. 

Siklus berputar seperti komidi putar.  Selalu kembali di tempatnya semula.  Selama tidak ada penyamun yang memutuskan rantai perputarannya. 

Seperti yang dilakukan mesin-mesin raksasa terhadap ribuan jengkal tanah yang dibelah.  Mengusir kupu-kupu karena bunga-bunganya tak lagi ada.  Menggebah burung dan lebah karena pohonnya tak lagi berbuah.  Sebab batang dan dahannya terbaring busuk di permukaan tanah.

Jakarta, 17 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline