Di depanmu aku memulai, bagaimana kisah kuda sembrani dalam dongeng raja mataram. Menunggangi lusinan mimpi dan membawanya di hadapan sang ratu.
;silahkan pilih mana yang tuanku permaisuri mau. Mimpi-mimpi ini dikumpulkan dari serpihan batu dan pecahan sembilu.
Di sampingmu aku melanjutkan, cerita drama yang digelar dalam tajuk the phantom of opera. Menggambarkan siluman bersembunyi di hati lelaki yang jatuh cinta pada dirinya sendiri.
;aku adalah tentara yang dilatih oleh Marabunta. Aku penakluk padang pasir tanpa sedikitpun membawa bekal air. Aku sampai di sini hanya karena diseret oleh mimpi.
Jauh darimu aku menuliskan surat kinasih. Kalimatnya disusun sesuai rencana yunani dalam menaklukkan troya. Ada kuda kayu bertipu daya di dalamnya.
;tapi aku bukan begitu. Aku bukan kuda kayu. Bukan juga keturunan para penipu. Aku mendatangimu sebagai kayu yang berterimasih kepada tanah yang telah menumbuhkan keyakinan pada batu. Tanah itu adalah kamu.
Di depanmu lagi aku berterus terang. Seperti pengakuan malam kepada bintang-bintang. Tentang cahaya kecil di kejauhan yang masih bisa menimbulkan terang.
;aku kegelapan tak berupa yang tenggelam dalam kisah-kisah drama. Kita adalah pelakonnya. Skenarionya disusun oleh satu kata yang disebut orang sebagai cinta.
Jakarta, 5 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H