Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Orang-orang yang Mencintai Angin

Diperbarui: 2 April 2018   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (pixabay)

Nelayan-nelayan yang memapah perahunya. Menaiki puncak gelombang dan membuang pancing di antara lembahnya. Berharap menjumpai ikan-ikan yang lengah. Di antara jepitan karang yang bisa membuat kailnya patah.

Mereka mencintai sebagai rasa terimakasih karena anginnya berdiam diri.

Para pengendara angkasa. Memotret bumi dari udara untuk memastikan apakah pohon dan hutannya masih ada. Angin mendorongnya dengan sederhana. Naik turun dengan gemulai seperti tiupan asap dupa. Pada sebuah upacara.

Mereka mencintai sebagai wujud kasih karena anginnya sungguhlah pengasih.

Petani-petani yang merapikan ujung pematangnya. Sawah-sawahnya mesti diairi dengan hati-hati. Semilir angin mengisikan bulir-bulir padinya ruh kehidupan. Bagi anak-anak Adam agar tak kelaparan. 

Mereka mencintai sebab padinya tak membusai oleh angin yang tak jadi membadai.

Para ilmuwan yang menengadah.  Memandangi kincir-kincir raksasa memutari langit dengan megah.  Mengalirkan listrik tanpa harus memuntahkan minyak mentah.  Dari perut bumi yang bisa jatuh dalam mual dan begah.

Mereka mencintai sebab anginnya sengaja tak mau berhenti. Agar kincir-kincirnya tidak mati.  Sehingga cahaya tetap bisa memanaskan api.

Orang-orang yang mencintai angin.  Menuntaskan ingin dengan tak membabi buta.  Atas nama cinta yang bukan pura-pura.

Jakarta, 2 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline