Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Doa Serumpun Bambu

Diperbarui: 21 Maret 2018   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: wiranurmansyah.com

Serumpun bambu di depanku. Bergerak tak tentu arah di guncang angin yang rendah. Nampaknya mereka sedang berdo'a. Tapi tak tahu ditujukan kemana.

Bukankah do'a juga seperti udara. Merambat kemana-mana mencari Tuhannya. 

Menyusupi benak yang bersemak karena dosa. Menggelungi lidah yang berbisa karena banyak bicara. Mencuci mata yang berjelaga karena sering melihat hal tercela.

Tak ada tanda seperti apa apabila do'a itu bertemu yang dicarinya. Sebuah halilintar yang menggelegar. Ataupun suara sehening kuburan. Tak ada apa-apa. Sekosong ruang hampa.

Rumpun bambu itu berhenti menari-nari. Do'anya telah tersampaikan. Isi do'anya cukup rahasia. Hanya orang-orang yang paham cinta saja yang sanggup merasakannya.

Jakarta, 21 Maret 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline