Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mencari Sebab Jatuh Cinta

Diperbarui: 19 Maret 2018   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (pixabay)

Buatkan aku sebuah puisi, katamu waktu itu tak sabaran.  Kau berdiri memandangiku dengan tekun.  Sementara aku duduk di pasir dengan kikuk.  Menggerak-gerakkan pulpen yang aku pinjam darimu.  Di sehelai kertas yang sudah penuh coretan.

Pantai sedang tenang.  Tak ada gelombang.  Kebetulan hari itu memang cerah.  Kebetulan yang menyenangkan sebenarnya.  Aku bisa mempunyai alasan untuk mengajakmu melihat seekor ikan aneh yang bisa berjalan di daratan.  Entah apa namanya.  Tapi kau nampaknya terpesona dengan bualanku tentang ikan itu.

Aku ingin berlama-lama denganmu di pantai itu.  Tapi senja memang tak pernah basa basi.  Jika saatnya tiba untuk menenggelamkan cahaya, tak perlu lama untuk mendatangkan gelap.  Mau tak mau aku beranjak sambil menyerahkan puisi yang kutulis tadi.

Kau tetap berdiri.  Sekarang tak lagi pedulikan aku.  Kau membaca puisi itu dengan seksama.  Aku sempat berpikir kau sedang bersemedi dan mengira puisiku itu adalah bagian dari mantra-mantra.  Aku menjadi geli sendiri.  Tapi tak berani tertawa.  Belum apa-apa nanti malah kau membenciku.  Padahal jelas sekali aku sudah mulai jatuh cinta padamu.

Sebab apa ya? Sebelum aku dan kau pergi ke asrama masing-masing, aku mulai menelisik dirimu.  Kau memang cantik dan menarik.  Tapi apa keistimewaanmu yang membuatku begitu tertarik?

Aku tidak berani memandangimu berlama-lama.  Lagi-lagi aku takut kau nanti memalingkan muka.  Menganggapku lelaki yang sama dengan lainnya.  Padahal aku memang tak berbeda.

Sudahlah!  Nanti saja aku lanjutkan menerka apa sebabnya aku mulai jatuh cinta.  Aku akan merenung.  Menggali sebab demi sebab.  Malah mungkin tidak sama sekali.  Karena aku tahu jatuh cinta itu memang sebuah misteri.

Perjalanan waktu menunda semua pertanyaan.  Aku mengembarakan kaki dan pikiranku kemana-mana.  Aku lupa mencari sebab kenapa aku jatuh cinta.  Tapi aku tetap jatuh cinta.  Itulah kali pertama dan sesuai dengan petuah yang aku anut tentang cinta, kali terakhir juga.  Aku menduga aku kelak akan mencarimu.  Berikut semua sebab-sebabnya.

-----

Waktu memang tidak bisa dinegosiasi sama sekali.  Tahun demi tahun menelannya secara teratur.  Aku kembali ke kota dimana aku pernah menggadaikan anganku dahulu.  Aku mulai mencarimu.  Aku mau mengaku.  Cinta itu tak pernah luntur sedikitpun.  Setiap hari bahkan sibuk bertutur.  Carilah sebab kau jatuh cinta sebelum nanti kau mati dan jadi hantu gentayangan.  Menurutku tuturannya cukup mengerikan!

Aku memang mencarimu.  Aku cari di antara lusinan gerbong kereta yang mondar mandir setiap hari.  Siapa tahu kau ada di antara para wanita yang sibuk berlalu lalang menaklukkan ibukota.  Aku cari di setiap tayangan televisi.  Siapa tahu kau sedang mengiklankan pengumuman mencariku.  Aku cari di pagi yang sibuk menepis mimpi.  Aku cari di senja yang lupa bagaimana cara mencairkan warna merahnya.  Kau tak ada.  Kau tak ketemu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline