Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Sumpah Lelaki Itu

Diperbarui: 8 Februari 2018   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Lelaki itu menghunjamkan tatapan setajam pisau. Di hadapannya tergeletak pemandangan utuh yang membingungkan. Perlu tajam pisau itu untuk membelah agar bisa dipilah.  Ini sebenarnya keindahan atau keresahan.

Sehamparan ilalang tinggi koyak akibat perburuan. Membentuk lorong-lorong tempat semua keinginan berlarian. Pemburunya adalah cita-cita. Yang diburu adalah kekuatan upaya.

Begitu api datang menghanguskan padang ilalang. Cita-citanya ingin menjadi bara. Memanasi hati agar terus menyala.Di suatu ketika air bah menggulung datang. Cita-citanya berubah menjadi belalang. Terbang menghindar di pucuk tajuk pepohonan.

Lelaki itu punya beberapa sumpah. Lalu membuang salah satunya di tempat sampah. Sumpahnya untuk tetap menjaga agar matanya tidak basah. Tidak diperlukan lagi. Dia tak mau berairmata atas nama mimpi. Dia justru hendak melukai putus asa agar tidak datang lagi.

Sumpahnya yang lain adalah sumpah cinta. Dilemparkan ke angkasa. Disambar oleh elang. Diletakkan hati-hati di dalam sarang. Sebuah filosofi cinta perkasa yang tak akan pernah hilang.

Jakarta, 8 Februari 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline