Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Penghujung Januari

Diperbarui: 1 Februari 2018   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari yang dihibahkan oleh penghujung bulan penghuluan.  Termasuk salah satu hari yang didandani secantik peri.  Dimandikan hujan di pagi hari.  Dibedaki oleh tempias debu tipis yang dibersihkan cahaya matahari.  Bermaskara semburat mendung setengah murung.  Berbibir merah sebab diolesi orang-orang yang hidupnya bergairah.

Penghujung Januari melepaskan mimpi satu persatu.  Apa yang mesti dibenahi dari bocornya atap yang disusun berlapis dari rumbia hingga kaca.  Apa harus menyatakan kepada dunia bahwa damai yang dibutuhkan ada di pertemuan antara sungai dan lautan.  Muara yang menjadi tempat bagi bertemunya dua rasa yang berbeda namun melarut dengan senang hati bersama-sama.

Ada juga nyanyian yang diciptakan untuk menghormati penghujung Januari.  Oleh para komposer yang merasa bulan berikutnya adalah pergantian musim.  Musim kering yang mengeringkan dingin.  Kepada musim penghujan yang menghujani panas.

Termasuk juga sebuah puisi yang terlempar begitu saja.  Dari mulut pawang yang komat-kamit mengeja mantra.  Tak usah resah jika musim berganti.  Karena hati sanggup memilih bagaimana cara mencintai.

Jakarta, 1 Februari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline