Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Fragmen Lebah Bersayap Patah dan Tupai yang Terjatuh

Diperbarui: 30 Januari 2018   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Fragmen hidup disajikan mentah-mentah.  Seekor tupai terjatuh dari dahan yang patah. Tepat saat seekor lebah lewat dan sedang berdansa dengan lelah;

Aku tak mendugamu bisa terjatuh.  Aku sempat berpikir bahwa ranting dan dahan adalah jari dan lenganmu.  Menyatu dengan tubuhmu.  Satu nyawa dengan kepalamu.  Kini aku baru tahu.  Ternyata sepandai-pandainya lompatanmu.  Bisa juga kau terpelanting, terpeleset, bahkan menghantam batu-batu.

Panggung beralih ke perjalanan sang lebah.  Menyepi ke pinggir kali.  Banyak bunga Sagu sedang bermekaran.  Menyiarkan satu keharuman.   Dengan puluhan penawaran.  Tapi tak ada tempat mulus untuk berlalu.  Mesti menyelinap di antara pokok-pokok bambu.  Sayapnya terjepit rapat.  Memberontak untuk menerima kenyataan sayapnya patah.  Rebah terguling di tanah.  Disaksikan tupai yang berjalan terpincang resah;

Aku mendugamu akan terjatuh.  Kau yang biasanya menyatu dengan angin.  Malah lalai mengendalikan ingin.  Jadilah kau tergolek tak berdaya. Di tempat yang seharusnya kau taburi dengan manis yang lebih dari gula.

Fragmen berakhir saat tirai panggung digulung menutup.  Falsafah sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh jua.  Mendapatkan tambahan peribahasa.  Bukan namanya lebah jika sayapnya mematah, karena bunga yang manis tak ada yang jatuh ke tanah.

Jakarta, 30 Januari 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline