Seandainya kau ada di sini. Bersamaku meruntuhkan dinding beku yang memberati sengketa hati. Aku akan ucapkan terimakasih dengan cara memberimu kepingan batu bata reruntuhannya. Untuk membangun kembali istana yang diwariskan oleh kerajaan-kerajaan besar yang menyanjung cinta.
Seandainya kau ikuti aku. Membetulkan ulang sejarah yang keliru. Aku akan menggandeng tanganmu menyeberangi waktu. Kita putar balik pendulumnya. Sembari menyemai kamboja di upacara pemakamannya.
Seandainya kau bersedia membaca. Apa yang kutuliskan di tengah huru-hara cuaca di Jakarta. Aku akan membungkus suara hujan yang terlantar. Aku kirimkan bersama sepucuk surat pengakuan. Kau adalah kenangan yang sedang aku perjuangkan.
Seandainya kau mau meramu kopi untukku. Tolong jangan diberi gula. Aku ingin merasakan pahit seutuhnya. Agar lidahku memahami sepenuhnya. Seperti apa jika berusaha memetik mawar tanpa terkena duri tajamnya.
Jakarta, 20 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H