Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mengembarai Bumi

Diperbarui: 20 Januari 2018   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: sidiwa - DeviantArt

Tak urung aku menuliskan sunyi yang berlagak murung.  Seperti kesedihan kupu-kupu yang harus meninggalkan kepompongnya.  Tempat menghabiskan seperempat hidup dalam kasih yang tak pernah bertanya.  Sebelum mendermakan sayap-sayapnya pada hiruk pikuk dunia.  Seminggu lamanya.

Tak lupa aku menyajikan sarapan bagi kalimat yang begitu liarnya berkeliaran.  Minta untuk dituliskan.  Sebelum lenyap dalam senyap karena keburu hangus di perapian. 

Aku ingat harus memanaskan hati dan hari.  Jangan sampai gigil berhasil mendinginkan keinginan.  Bukan pada tempatnya aku memasung kegilaan terhadap keindahan. Semestinya bebas dilepaskan mengembarai bumi yang semakin jatuh dalam kesulitan.

Matahari tersembunyi.  Bukan sengaja bersembunyi.  Ada saat dimana sepi mesti mengambil alih.  Terlalu sering kepanasan membuat otak jadi mendidih.

Hai cinta.  Mau rasanya mengajakmu serta.  Menganggap dunia ini sedang gundah gulana.  Lalu kita berbaik hati menghiburnya.

Jakarta, 20 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline