Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Menyalakan Ulang

Diperbarui: 17 Januari 2018   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi sinar di langit © kenkoglobal.com

Menyusun ulang bintang-bintang yang berantakan di langit yang tak mampu lagi memberi pesan.  Memerlukan usaha sekeras air melubangi batu.  Harus dimulai dengan semangat sekuat lautan ketika memulai gelombang.

Menyalakan ulang cahaya di hatimu yang hampir padam.  Sungguh lah membutuhkan nyali sepanas api.  Mesti menghela nafas berulangkali sambil menuliskan sajak-sajak sedingin dinihari.

Menata ulang penunjuk arah di jalanan yang terkadang disesatkan oleh ketidaktahuan.  Membuatku menjelma jadi pelari yang sedang mengejar pelangi. Ada warna-warna yang mesti dicat ulang. 

Merah sekarang kekurangan darah.  Jingga tak lagi senja.  Kuning lebih mirip daun kering.  Hijau dimampatkan oleh rasa tak hirau.  Biru nampak terlalu lugu.  Nila tak punya jiwa.  Ungu terenggut oleh mau yang terlanjur membatu.

Jika semua telah pada tempatnya semula.  Menyalakan ulang hatimu tak akan sesulit mengalahkan Rahwana.  Cukup dengan mengatakan cinta.  Maka kau akan menjawab iya tanpa lagi terbata-bata.

Jakarta, 16 Januari 2018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline