Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi di Genangan Hujan

Diperbarui: 6 Januari 2018   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sama sekali tak bisa dihindari.  Menuliskan puisi tentang selokan ketika sedang berada di genangan sisa hujan.  Karena khayalan langsung menarikan kesempurnaan.  Bagaimana caranya melarikan air melalui jalan-jalan yang sama sekali tak berlubang.  Menuju tempat yang seharusnya di antara bintang-bintang.

Manakala bintang-bintang itu meredup karena tertutup kabut di permukaan.  Ada saatnya meminjam cahaya kunang-kunang.  Sebentar saja.  Hanya untuk menerangi pekatnya hati.  Sebelum kembali memekarkan angan-angan yang terpasung dalam diri.

Sajak-sajak yang merebakkan airmata lautan akan bermunculan.  Betapa terharunya menerima kasih yang dikirimkan sungai-sungai.  Betapa bahagianya mendapatkan cinta tak terbatas dari air tawar yang tak lagi hambar.  Setelah sekian lama menyusut surut di negeri yang dihuni para penakut.

Bogor, 6 Januari 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline