Sama sekali tak bisa dihindari. Menuliskan puisi tentang selokan ketika sedang berada di genangan sisa hujan. Karena khayalan langsung menarikan kesempurnaan. Bagaimana caranya melarikan air melalui jalan-jalan yang sama sekali tak berlubang. Menuju tempat yang seharusnya di antara bintang-bintang.
Manakala bintang-bintang itu meredup karena tertutup kabut di permukaan. Ada saatnya meminjam cahaya kunang-kunang. Sebentar saja. Hanya untuk menerangi pekatnya hati. Sebelum kembali memekarkan angan-angan yang terpasung dalam diri.
Sajak-sajak yang merebakkan airmata lautan akan bermunculan. Betapa terharunya menerima kasih yang dikirimkan sungai-sungai. Betapa bahagianya mendapatkan cinta tak terbatas dari air tawar yang tak lagi hambar. Setelah sekian lama menyusut surut di negeri yang dihuni para penakut.
Bogor, 6 Januari 2018