Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Tentang Kemarau

Diperbarui: 28 Agustus 2017   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak hendak ku disuruh menghujat.  Serombongan terik yang datang tidak salah alamat.  Ini saatnya kemarau.  Saat matahari membawa panas yang tak mungkin dihalau. 

Sesungguhnya ini salah satu keajaiban musim.  Setengah bumi digaris lazim.  Panas bukanlah malapetaka.  Apalagi semenjak banjir air juga mengalirkan airmata.

Kemarau panjang akan selalu datang setelah hujan yang panjang.  Saatnya para petani memanen garam.  Sambil menunggu padi menemui bernas bulirnya matang. 

Selalu ada gairah ketika musim berganti.  Seperti saat membenahi isi laci.  Menemukan kunci untuk membasahi keringnya hati.

Jakarta, 28 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline